disini saya akan memostingkan cara ngobrak abrik google. Sekilas Info temen2, nih baru pulang dari salatiga, dapat share dari
temen IT sana, ada mainan baru, eh setelah aku liat ternyata, cuma
google biasa, terus setelah menunggu beberapa detik, lihatlah apa yang
akan terjadi. Check this out. Mainan Google.
Tuesday, 19 February 2013
Free download Games PES 2013 + CRACK + PATCH
PES 2013 is more perfect than the game PES 2012, and will be richer features skill players, procedure or trick play would have been better than PES 2012. A little info on PES 2013 was the addition of intelligence to every player so when we play will be more real or tangible skill to treat the players like the original.
Face shape of each player will be more similar than the original. So fans of the game Pro Evolution Soccer (PES 2013) will regret if not immediately try this game, and you can download game PES 2013 here for free
MINIMUM SYSTEM REQUIREMENTS :
- OS: Windows® XP SP 3 (32-64 bits) / Windows Vista® (32-64 bits) / Windows 7® (32-64 bits)
- CPU: (Minimum) Intel Pentium IV 2.4GHz or equivalent processor (Recommended) Intel Core2 Duo 2.0GHz or equivalent processor
- Memory: (Minimum) 1 GB RAM (Windows XP) / 1 GB (Windows Vista and Windows 7) (Recommended) 2 GB for Windows ® XP, 2 GB for Vista / Windows ® 7
- Video Memory:(Minimum) DirectX 9.0c compatible video card. 128MB Pixel Shader 3.0 (NVIDIA GeForce 6200 / ATI Radeon X1300 / Intel HD Graphics 2000/3000) (Recommended) DirectX 9.0c compatible video card. 512MB Pixel Shader 3.0 (NVIDIA GeForce 7900 or AMD/ATI Radeon HD2400 or better)
- HDD : 8 GB of free Hard Drive Space
How to Install the Game :
- Download the installer from IDWS Link below
- Extract the files using WinRAR (pass : indowebstershare )
- Open rld-pes2013.iso file using Daemon tools
- Running Setup file and install the Game
- Copy all files in the Crack.Only.PROPER-RELOADED folder into folder game you installed
- Running patch file (double click) inside Patch 1.1 folder
- Enjoy :)
password : indowebstershare
puntadewa
* Ajataśatru, "yang
tidak memiliki musuh".
* Bhārata, "keturunan Maharaja Bharata".
* Dharmawangsa atau Dharmaputra, "keturunan Dewa Dharma".
* Kurumukhya, "pemuka bangsa Kuru".
* Kurunandana, "kesayangan Dinasti Kuru".
* Kurupati, "raja Dinasti Kuru".
* Pandawa, "putera Pandu".
* Partha, "putera Prita atau Kunti".
* Bhārata, "keturunan Maharaja Bharata".
* Dharmawangsa atau Dharmaputra, "keturunan Dewa Dharma".
* Kurumukhya, "pemuka bangsa Kuru".
* Kurunandana, "kesayangan Dinasti Kuru".
* Kurupati, "raja Dinasti Kuru".
* Pandawa, "putera Pandu".
* Partha, "putera Prita atau Kunti".
Beberapa
di antara nama-nama di atas juga dipakai oleh tokoh-tokoh Dinasti
Kuru lainnya, misalnya Arjuna, Bisma, dan Duryodana. Selain nama-nama
di atas, dalam versi pewayangan Jawa masih terdapat beberapa nama
atau julukan yang lain lagi untuk Yudistira, misalnya:
* Puntadewa, "derajat keluhurannya setara para dewa".
* Yudistira, "pandai memerangi nafsu pribadi".
* Gunatalikrama, "pandai bertutur bahasa".
* Samiaji, "menghormati orang lain bagai diri sendiri".
* Puntadewa, "derajat keluhurannya setara para dewa".
* Yudistira, "pandai memerangi nafsu pribadi".
* Gunatalikrama, "pandai bertutur bahasa".
* Samiaji, "menghormati orang lain bagai diri sendiri".
Raden
Puntadewa adalah putra sulung dari Prabu Pandudewanata dan Dewi
Kuntinalibrata. Sesungguhnya Puntadewa merupakan putra kedua dari
Dewi Kuntinalibrata. Akibat Ajian Adityaredhaya ajaran Resi Druwasa,
Kunti sempat hamil, sesaat sebelum terjadinya sayembara pilih. Lalu
putranya yang di keluarkan dari telingga yang dinamai Karna dibuang
dan kemudian diasuh oleh seorang sais kereta bernama Adirata.
Secara resmi memang Puntadewa adalah putra Prabu Pandu dan Dewi Kunti namun sesungguhnya ia adalah putra Dewi Kunti dan Batara Darma, dewa keadilan. Hal tersebut diakibatkan oleh kutukan yang diucapkan oleh Resi Kimindama yang dibunuh Pandu saat bercinta dalam wujud kijang. Tapi akibat dari ajian Adityaredhaya, Dewi Kunti dan Prabu Pandu masih dapat memiliki keturunan untuk menghasilkan penerus takhta kerajaan. Puntadewa bersaudarakan empat orang, dua saudara seibu dan 2 saudara berlainan ibu. Mereka adalah Bima atau Werkudara, Arjuna atau Janaka, Nakula atau Pinten, dan Sadewa atau Tangsen.
Puntadewa
memiliki dasanama (nama-nama lain) yaitu Raden Dwijakangka sebagai
nama samaran saat menjadi buangan selama 13 tahung di kerajaan
Wirata, Raden Darmaputra karena merupakan putra dari Batara Darma,
Darmakusuma, Darmawangsa, Darmaraja, Gunatalikrama, Sang Ajatasatru,
Kantakapura, Yudistira, dan Sami Aji, julukan dari Prabu Kresna.
Raden
Puntadewa memiliki watak sadu (suci, ambeg brahmana), suka mengalah,
tenang, sabar, cinta perdamaian, tidak suka marah meskipun
hargadirinya diinjak-injak dan disakiti hatinya. Oleh para dalang ia
digolongkan dalam tokoh berdarah putih dalam pewayangan bersama
Begawan Bagaspati, Antasena dan Resi Subali sebagai perlambang
kesucian hati dan dapat membunuh nafsu-nafsu buruknya.
Konon,
Puntadewa dilahirkan melelui ubun-ubun Dewi Kunti. Sejak kecil para
putra putra Pandu selalu ada dalam kesulitan. Mereka selalu
bermusuhan dengan saudara sepupu mereka, Kurawa, yang didalangi oleh
paman dari para Kurawa yang juga merupakan patih dari Kerajaan
Astinapura, Patih Harya Sengkuni. Meskipun Pandawa memiliki hak atas
kerajaan Astinapura, namun karena saat Prabu Pandu meninggal usia
pandawa masih sangat muda maka kerajaan dititipkan pada kakaknya,
Adipati Destarastra dengan disaksikan oleh tetua-tetua kerajaan
seperti, Dang Hyang Dorna, Patih Sengkuni, Resi Bisma, Begawan
Abiyasa, dan Yamawidura dengan perjanjian tertulis agar kerajaan
Astina diserahkan kepada Pandawa setelah dewasa, dan Destarastra
mendapatkan separuh dari wilayah Astina. Namun atas hasutan Patih
Sengkuni maka kemudian Kurawalah yang menduduki takhta kerajaan.
Segala cara dihalalkan untuk menyingkirkan pandawa, dimulai dengan
Pandawa Timbang (lih. Bima), Bale Sigala-gala, Pandawa Dadu sampai
pada perang besar Baratayuda Jayabinangun. Meskipun Puntadewa adalah
manusia berbudi luhur namun ia memiliki kebiasaan buruk yaitu suka
berjudi.
Kelak
kebiasaan buruk dari Puntadewa ini menyebabkan para Pandawa berada
dalam kesulitan besar. Hal tersebut dikisahkan sebagai berikut: Saat
terjadi konflik antara Pandawa dan Kurawa tentang perebutan kekuasaan
Kerajaan Astinapura, Kurawa yang didalangi oleh Sengkuni menantang
Pandawa untuk main judi dadu. Pada permainan tersebut, para Pandawa
mulanya hanya bertaruh uang, namun lama kelamaan, Puntadewa
mempertaruhkan kerajaan, istri, dan pada akhirnya pandawa sendiri
sudah menjadi hak milik kurawa (Sebelumnya Puntadewa bersama
adik-adiknya berhasil mendirikan kerajaan yang berasal dari Hutan
Mertani, sebuah hutan angker yang ditempati oleh raja jin yang
bernama Prabu Yudistira dan adik-adiknya).
Saat
Pandawa beranjak dewasa, mereka selalu dimusuhi oleh para Kurawa,
akibatnya para tetua Astinapura turun tangan dan memberi solusi
dengan menghadiahi Pandawa sebuah hutan angker bernama Wanamarta
untuk mengindari perang saudara memperebutkan takhta Astinapura.
Setelah itu, hutan yang tadinya terkenal angker, berubah menjadi
kerajaan yang megah, dan Prabu Yudistira serta putrinya, Dewi Ratri
atau para dalang juga sering menyebutnya Dewi Kuntulwilanten menyatu
di dalam tubuh Puntadewa yang berdarah putih. Sejak saat itu pulalah
Puntadewa bernama Yudistira.
Sebelumnya,
setelah Pandawa berhasil lolos dari peristiwa Bale Sigala-gala,
dimana mereka dijebak disuatu purocana (semacam istana dari kayu)
dengan alasan Kurawa akan menyerahkan setengah dari Astina, namun
ternyata hal tersebut hanyalah tipu muslihat kurawa yang membuat para
Pandawa mabuk dan tertidur, sehingga pada malamnya mereka dapat
leluasa membakar pesanggrahan Pandawa. Bima yang menyadari hal itu
dengan cepat membawa saudara-saudara dan ibunya lari menuju terowngan
yang diiringi oleh garangan putih sampai pada Kayangan Saptapertala,
tempat Sang Hyang Antaboga, dari sana Pandawa lalu melanjutkan
perjalanan ke Pancala, dimana sedang diadakan sayembara adu jago
memperebutkan Dewi Drupadi. Barang siapa berhasil mengalahkan
Gandamana, akan berhak atas Dewi Drupadi, dan yang berhasil dalam
sayembara tersebut adalah Bima. Bima lalu menyerahkan Dewi Drupadi
untuk diperisri kakaknya. Sumber yang lain menyebutkan bahwa setelah
mengalahkan Gandamana Pandawa masih harus membunuh naga yang tinggal
di bawah pohon beringin. Kemudian Arjunalah yang dengan panahnya
berhasil membunuh naga tersebut. Dari Dewi Drupadi Puntadewa memilki
seorang putra yang diberi nama Pancawala.
Dalam
masa buangan tersebut ada sebuah kisah yang menggambarkan
kebijaksanaan dari Raden Puntadewa. Pada suatu hari Puntadewa
memerintahkan Sadewa untuk mengambil air di sungai. Setelah menunggu
lama, Sadewa tidak kunjung datang, lalu diutuslah Nakula, hal yang
sama kembali terjadi, Nakula pun tak kembali. Lalu Arjuna dan
akhirnya Bima. Semuanya tak ada yang kembali. Akhirnya menyusulah
Puntadewa. Sesampainya di telaga ia melihat ada raksasa besar dan
juga adik-adiknya yang mati di tepi telaga. Sang Raksasa kemudian
berkata pada Puntadewa bahwa barang siapa mau meminum air dari telaga
tersebut harus sanggup menjawab teka-tekinya. Pertanyaannya adalah
apakah yang saat kecil berkaki empat dewasa berkaki dua dan setelah
tua berkaki tiga? Punta dewa menjawab, itu adalah manusia, saat kecil
manusia belum sanggup berjalan, maka merangkaklah manusia (bayi),
setelah dewasa manusia sanggup berjalan dengan kedua kakinya dan
setelah tua manusia yang mulai bungkuk membutuhkan tongkat untuk
penyangga tubuhnya. Sang raksasa lalu menanyakan pada Puntadewa, jika
ia dapat menghidupkan satu dari keempat saudaranya yang manakah yang
akan di minta untuk dihidupkan? Puntadewa menjawab, Nakula lah yang
ia minta untuk dihidupkan karena jika keempatnya meninggal maka yang
tersisa adalah seorang putra dari Dewi Kunti, maka sebagai putra
sulung dari Dewi Kunti ia meminta Nakula, putra sulung dari Dewi
Madrim. Dengan demikian keturuanan Pandu dari Dewi Madrim dan Dewi
Kunti tetap ada. Sang Raksasa sangat puas dengan jawaban tersebut
lalu menghidupkan keempat pandawa dan lalu berubah menjadi Batara
Darma. Puntadewa bisa saja meminta Arjuna atau Bima untuk dihidupkan
sebagai saudara kandung namun secara bijaksana ia memilih Nakula.
Suatu ajaran yang baik diterapkan dalam kehidupan yaitu keadilan dan
tidak pilih kasih.
Akibat
kalah bermain dadu, Pandawa harus menerima hukuman menjadi buangan
selama 13 tahun. Dan sebelumnya Drupadi pun sempat dilecehkan oleh
Dursasana yang berusaha menelanjanginya sampai sampai terucaplah
sumpah Dewi Drupadi yang tidak akan mengeramas rambutnya sebelum
dicuci oleh darah Dursasana, untunglah Batara Darma menolong Drupadi
sehingga ia tidak dapat ditelanjangi. Pada tahun terakhir sebagai
buangan, Pandawa menyamar sebagai rakyat biasa di suatu kerajaan
bernama Wirata. Disana Puntadewa lalu menjadi ahli politik dan
bekerja sebagai penasehat tak resmi raja yang bernama Lurah
Dwijakangka.
Puntadewa
memiliki jimat peninggalan dari Prabu Pandu berupa Payung Kyai
Tunggulnaga dan Tombak Kyai Karawelang, Keris Kyai Kopek, dari Prabu
Yudistira berupa Sumping prabangayun, dan Sangsangan robyong yang
berupa kalung. Jika puntadewa marah dan tangannya menyentuh kalung
ini makan seketika itu pulalah, ia dapat berubah menjadi raksasa
bernama Brahala atau Dewa Mambang sebesar gunung anakan dan yang
dapat meredakannya hanyalah titisan Batara Wisnu yang juga dapat
merubah diri menjadi Dewa Amral. Selain itu Puntadewa juga memiliki
pusaka bernama Serat Jamus Kalimasada.
Kemudian
atas bantuan dari Werkudara, adiknya, akhirnya Puntadewa menjadi raja
besar setelah mengadakan Sesaji Raja Suya yang dihadiri oleh 100 raja
dari mancanegara. Dengan demikian Puntadewa menjadi seorang raja
besar yang akan menjadi anutan bagi raja-raja di dunia.
Pada
Perang besar Baratayuda Jayabinangun, Puntadewa menjadi senapati
perang pihak pandawa menghadapi raja dari kerajaan Mandraka, Prabu
Salya. Puntadewa pun akhirnya behasil membunuh Salya meskipun
sebenaranya ia maju kemedan perang dengan berat hati. Saat perang
Baratayuda terjadi pun, Puntadewa pernah melakukan tindakan tercela
yang mengakibatkan senapati perang Kurawa yang juga gurunya, Dang
Hyang Dorna terbunuh. Dikisahkan sebagai berikut, saat para pandawa
berhasil membunuh gajah Estitama, seekor gajah milik Astina. Drona
yang samar-samar mendengar “….tama mati!” menjadi bigung,
mungkin saja Aswatama, putranya telah mati, dan lari menuju
pesanggrahan Pandawa, Drona tahu benar siapa yang harus ditanyai,
Puntadewa, seorang raja yang selama hidupnya tak pernah berbohong.
Saat itu Puntadewa atas anjuran Kresna menyebutkan bahwa Hesti
(dengan nada lemah) dan tama (dikeraskan) memang telah mati, Drona
yang mendengar hal itu menjadi tambah panik karena menurut
pendengarannya yang telah kabur, putra tunggalnya telah tewas. Drona
pun kemudian tewas oleh Drestajumena yang mamanggal lehernya saat
Drona dalam keaadaan ling-lung. Dalam hal ini dapat di petik sebuah
pelajaran bahwa dalam hidup ini sebuah kejujuran pun tidak dapat
dilakukan secara setengah-setengah, memang Puntadewa tidak pernah
berbohong, namun sikap setengah-setengah tersebut pulalah yang
mangakibatkan kematian guru besar Astina tersebut.
Setelah
selesai Baratayuda, Puntadewa menjadi raja di Astina sebentar dengan
gelar Prabu Kalimataya. Lalu di gantikan oleh cucu dari Arjuna yang
bernama Parikesit dengan gelar Prabu Kresnadwipayana. Setelah tua,
Puntadewa lalu memimpin adik-adiknya untuk naik ke Puncak Himalaya
untuk mencapai nirwana. Disana satu persatu istri dan adik-adiknya
meninggal, lalu hanya ia dan anjingnya lah yang sampai di pintu
nirwana, di sana Batara Indra menolak membawa masuk anjing tersebut,
namun puntadewa bersikeras membawanya masuk. Lalu setelah perdebatan
panjang anjing tersebut berubah menjadi Batara Darma dan ikut ke
nirwana bersama Puntadewa.
Subscribe to:
Posts (Atom)